[CERPEN] AKU, KARENAMU


Penulis : Eros Anisa

AKU, KARENAMU

                        Aku, Anisa. Saat ini aku duduk di kelas 3 SMA. Banyak cerita yang kudapat di SMA ini. Termasuk cerita cintaku dengannya. Muhamad Reifan, ya dialah cowok yang kusuka saat di SMA ini. Walau dia beda satu angkatan denganku, tapi aku merasa dia bisa lebih dewasa dariku. Memang, perasaanku terhadapnya hanya bisa kusimpan sampai saat ini. Aku hanya bisa mengaguminya dari jauh. Entah dia merasakan atau tidak, yang  jelas setiap kali aku melihatnya aku selalu memperhatikannya.
                        “ Hey, liatin siapa ?”   tiba-tiba Raya mengagetkanku.
                        “ Hahaha, gak liatin siapa-siapa. “     jawabku
                        “Emm.. tau deh pasti liatin Reifan, iya kan? “   ledek Raya .
                        “ ehh, kata siapa lagi liatin dia, sok tau kamu Ray.  “   ujarku.
                        Aku memang selalu menutupi tingkah lakuku terhadap Rei didepan  teman –temanku, termasuk pada Raya. Namun, serapat apapun aku menutupinnya teman –temanku pasti mengetahui bahwa aku menyukai Rei. Mukaku selalu memerah kala bertemu dengan Rei, ditambah dengan teman-teman yang selalu meledekku.
                Rei memang terbilang pendiam. Jika bertemu dengaku, dia hanya tersenyum tanpa menyapa atau apapun. Aku tahu, dia pasti malu dan canggung.


*** 
                       Di sekolah, bukan hanya aku yang menyukai Rei. Ada teman seangkatannya yang suka pada Rei. Dia bernama Zahra.
        Suatu hari aku berniat untuk mengenal Zahra lebih dekat, aku hanya ingin berteman baik dengannya dan sedikit mengorek tentang perasaannya terhadap Rei.
                        Akhirnya setelah beberapa minggu, aku menjadi dekat dan berteman baik dengan Zahra. Zahra sering bercerita padaku tentang perasaannya terhadap Rei. Dan saat itulah aku tahu seberapa besar cintanya terhadap Rei. Zahra juga mengetahui aku menyukai Reifan dan dia selalu memintaku menceritakan perasaanku terhadap Rei, namun aku selalu menolak. Sebagai sesama wanita, aku tahu apa yang kami lakukan ini menyakitkan, namun aku dan Zahra selalu menutupinya.

***
                        Kadang aku merasa jenuh dengan perasaanku, ini semua hanya membuang waktu. Sebenarnya aku ingin lupa dengan semua tentang Rei, namun aku tak bisa melakukannya.
        “ Gimana ya caranya buat lupa sama dia?”  tanya ku pada Raya.
“ kenapa pengen lupa? Nggak apa-apa kali kapan lagi loh bisa kayak gini, terakhiran  di SMA ni. “   jawab Raya.
“ ih, tapi aku capek. Nyesek tau mendam rasa ke orang.”
“iya, aku tahu. Tapi kamu sendiri kan yang ingin suka sama dia, jadi kamu sendiri yang harus tanggung jawab sama perasaanmu. “ Raya Menasehatiku.
“kalau kita lulus nanti, aku bisa kali yaa lupa sama dia?” Jawabku
“yaa mungkin. Jadi, sekarang nikmatin aja dulu, hehehe.” Jawab raya, sedikit bercanda.
***

Suatu hari, ada kesempatan untukku lebih dekat dan lebih mengenal Rei. Raya berusaha untuk menyomblangi aku sama Rei. Awalnnya ku menolak, tapi Raya memaksa.
“ ini kesempatan kamu untuk dekat sama dia, daripada nanti kamu menyesal. “   kata Raya.
Memang benar apa yang dikatakan raya, sebelum aku lulus dari SMA ini aku tak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Dan akhirnya aku menerima usulan Raya.  
                Sepulang sekolah Raya menemui Rei di depan gerbang sekolah. Raya memang sudah lama mengenal Rei, karena saat SMP, Rei adalah adik kelasnya. Maka tak heran Raya berani untuk  menyomblangi aku dengan Rei.
“ hei Rey  tunggu. Kamu mau pulang?”  tanya Raya, sambil menghampiri rey.
“iya kak, ada apa?”  jawab Rei bingung.
“ bisa ngobrol sebentar?”
“emm... bisa kak.”
“ kamu tau dong temanku yang bernama Anisa?” Raya memulai percakapan
“ tau kak, kenapa gitu?”  tanya Rei bingung.
“ dia mau belajar melukis, nah kebetulan kamu pintar kan melukis. Jadi, bisa nggak kamu ajari dia melukis?”  ujar Raya.
“ hah? Kok ke aku sih kak? Aku juga masih tahap belajar loh .”  Jawab Rei keget.
“Please dong,bisa ya? Susah nih buat nyari guru melukis, jadi aku minta bantuan kamu.”  Bujuk Raya.
“ gimana ya kak, aku gak enak. Aku kan masih junior, masa junior ngajarin senior nya sih ?
“ya gapapa kita kan gak  mandang senior atau juniornya, please yaa.“  Pinta Raya.
“ emm.. ya udah deh kak  aku mau ngajarin, tapi waktunya kapan?”  tanya Rei.
“ bener nih, makasih ya. Kalau masalah waktu terserah kamu deh punya waktunya kapan.”  Jawab Raya senang.
“yaudah minggu depan ya kak, tempatnya dimana nih?” Sambung Rei
“ kalau di taman belakang sekolah gimana? Disitu kan pemandangannya lumaya bagus, lumayan buat inspirasi.”
“ok, siip sepulang sekolah ya kak.” Jawab Rei.


*** 
                Satu minggu kemudian Raya baru bilang kalau dia sudah mendapatkan guru melukis untukku, tapi dia tidak memberi tahu siapa orang itu, dan aku menerima saja.  Sepulang sekolah Raya memintaku untuk pergi ke taman di belakang sekolah. Dia bilang bahwa hari ini orang yang akan mengajariku melukis sudah siap. Aku pun pergi tanpa ditemani Raya yang harus pulang lebih awal karena urusan mendadak.
                Setibanya di taman, aku melihat sosok cowok yang tengah menyiapkan kanvas. Setelah aku mendekatinya, ternyata dia adalah Reifan, aku kaget.
“eh kakak udah datang, jadi kak untuk belajar melukisnya?”  Tanya Rei.
“i..i... iya jadi.”  Jawabku gugup.
Aku tak tahu kalau orang yang akan mengajariku melukis adalah Rei.

*** 

Setelah belajar melukis, aku mengucapkan terimakasih pada Rei.
“makasih ya udah mau ngajarin aku.”
“iya kak, sama-sama.” Jawab Rei sambil tersenyum.
 “kapan kakak mau belajar lagi?dengan senang hati aku bisa.”  Ujar Rei
“emm, nanti saja aku kasih tahu lagi oke.”
Dan setelah itu kami pun pulang.
                Keesokan harinya aku menghampiri Raya.
“hei, kok gak bilang-bilang sih kalau Rei yang jadi guru melukisku?”
“he..he.. maaf, biar surprise. Tapi, kamu senang kan?”
“surprise apaan? Aku kaget tahu, jadi salting deh.”
“cieee...langkah awal Nis,buat deket sama dia. Kapan kamu mau belajar lagi? “  sambung Raya.
“gak tau,aku belum ngasih tau Rei. Nanti deh aku kasih tau lagi, tapi makasih lo Ray udah mau bantu aku.”   Jawabku
“oke.. sama-sama, semoga sukses deh, hehe...”    Ledek Raya.
***
                Sudah tiga minggu aku belajar melukis dengan Rei. Dan semakin sering aku bertemu dengannya, ternyata dia orang yang baik, ramah, dan menyenangkan. Senang rasanya bisa dekat dengan dia.
***
                Suatu hari Raya bertemu dengan Rei di taman sekolah.
“Rei, ada yang mau aku omongin.”
“ada apa ya kak?”    tanya Rei heran.
“tahu gak. Sebenarnya....”
“sebenarnya apa kak?”   tanya rei semakin heran.
“sebenarnya temanku Anisa suka sama kamu.”  Sambung raya.
“ hah? Kakak becanda deh.”   Kata Rei santai.
“eh, bener tahu. Aku Cuma ngasih tau aja ke kamu, udah lama loh dia suka sama kamu.”   Kata Raya dengan nada menyakinkan.
“yang bener kak?makasih deh kak Anisa udah mau suka sama aku. “   ujar Rei.
“kok kamu biasa aja sih nanggapinya?aku ngomong serius loh.”
“emm... duluan ya kak, aku buru-buru.”
Rei pun pergi meninggalkan taman.

***

Sepulang sekolah aku bertemu dengan Reifan, dan tiba-tiba Reifan menghampiriku.
“kak, ada yang mau aku omongin.”    Ucap Reifan.  
“apa?”   tanyaku singkat.
“emang bener ya kakak suka sama aku?  Maaf sebelumnya bukannya aku kegeeran, tapi tadi siang kak Raya bilang gitu sama aku.”  Jelas Rei.
“hah Raya?Raya bilang gitu ke Rei?”   gumam ku dalam hati.
“kak?kenapa kak?kok diem aja?”  tanya rei melepas lamunanku.
“eh,i...i...iya, gak apa. Jadi sekarang kamu udah tahu semuanya Rei?”  tanyaku.
“iya kak, terima kasih ya kak udah mau suka sama aku. Tapi... maaf.. aku..”
Tiba-tiba ucapan Rei terpotong.
‘‘aku apa? Oh, aku tau ada Zahra kan yang suka sama kamu juga?”  sambungku.
“zahra? gak ada hubungannya sama dia kok. Cuma... aku belum bisa aja balas perasaan kakak.”   Jawab Rei.
“ ya, aku tahu kamu pasti nggak bisa balas perasaanku, lagi pula aku gak minta balasan dari kamu. Makasih selama ini atas kenangan yang kamu berikan, juga terima kasih atas ilmu melukismu. Terima kasih untuk semuanya.”    Kataku sambil menahan air mata.
“maafin aku kak. Makasih juga kakak udah mau kenal sama aku. Bagiku kakak orang yang baik buat aku.”   Kata Rei sambil tersenyum.
***






Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.